Berbicara mengenai kebaikan tentunya hal ini sangat dianjurkan dalam agama manapun. Bahkan dalam kitab Alquran disebutkan pada sal...
Berbicara mengenai kebaikan tentunya hal ini sangat dianjurkan dalam agama manapun. Bahkan dalam kitab Alquran disebutkan pada salah satu ayat: "Bukankah ganjaran kebaikan itu tidak lain melainkan kebaikan." (Q.S. 55:61). Artinya bahwa kita harus berbuat baik lebih dulu kepada orang lain. Namun apa daya bila perbuatan baik kita akhirnya dianggap negatif oleh orang lain? Tentunya miris ya! Kita hanya bisa mengelus dada menahan kesabaran karena kebaikan kita telah disalah-tafsirkan negatif.
Perihal berbuat baik namun dianggap negatif oleh orang lain, aku juga punya pengalaman demikian. Kisahnya terjadi sekitar 8 tahun silam. Saat itu aku masih menjadi seorang Lurah di salah satu kelurahan kota tempat tinggalku sekarang.
Ceritanya begini...
Waktu itu, kantor tempatku bekerja ada di sebuah gang kecil. Dari jalan utama menuju kantor mesti melalui gang sejauh 50 meter. Gang itu buntu alias hanya menjadi akses untuk kantorku dan dua rumah lainnya. Di seberang kantorku ada tanah kosong yang tak terurus. Entah siapa empunya, tak ada yang tahu persis. Menurut informasi, pemilik tanah tersebut berada di Bengkulu. Hmm..pantas saja tak terurus, sang pemilik tanah tak berada di tempat. Tetapi mestinya dia kan bisa memberi kuasa kepada orang lain untuk mengurus tanah itu, batinku.
Akhirnya, aku berinisiatif menyuruh penjaga kantor yang tinggal di sebelah kantor untuk merawat tanah itu. Aku suruh Abah, nama panggilannya, untuk ditanami tanaman yang bermanfaat. Abah menebas semak belukar yang rimbun dan menggantinya dengan aneka tanaman. Ada pisang, singkong, cabai, tomat, pare, dan terong. "Hasilnya bila berbuah silahkan Abah petik ya. Lumayan kan gak beli sayur di warung. Daripada tanah ini dipenuhi semak belukar, enakan kayak gini kan? Ada hasilnya bila ditanami tumbuhan yang bermanfaat," kataku pada Abah.
"Iya Bu, enakan kayak gini, rapi gak ada semak belukar lagi. Takutnya ada ular kalau penuh belukar Bu," imbuh si Abah.
"Aku juga malu pada tamu yang datang berurusan. Masa sih di depan kantor Lurah ada belukarnya?"
Beberapa bulan kemudian...
Dengan wajah ketakutan, pagi itu Abah mendatangiku ke kantor. Dia menceritakan sesuatu hal.
"Bu, kemaren hari Minggu yang punya tanah datang. Dia marah-marah. Katanya kenapa ada yang mengusahakan tanahnya tanpa ijin sama dia? Orangnya mau datang lagi kemari pagi ini Bu! Sebagian singkong dia patah-patahkan kemaren itu Bu"
"Koq dia marah-marah sih? Mestinya dia berterima kasih pada kita yang telah mengurus tanahnya ini. Lagi pula mau minta ijin bagaimana? Kan selama ini tidak ada yang tahu siapa pemiliknya dan dimana dia berada? Atau memang sengaja menghindar agar tidak membayar Pajak Bumi dan Bangunan ya?" aku menebak sesuatu alasan dari si empunya tanah.
Benar saja, tak lama setelah Abah melapor, seorang Bapak paruh baya mendatangi kantorku. Dia berkoar dengan nada tinggi mencari aku.
"Pak, gak sah ngomong kencang. Ngomong pelan saja kenapa sih Pak? Saya masih bisa dengar koq!"
"Bu, siapa yang bikin kebun di tanah saya? Saya tidak mau ada orang lain berkebun di sana!" Bapak paruh baya itu menunjuk tanah di seberang kantorku yang sebagian tanaman singkongnya sudah patah -mematah.
"Pak, jangan memarahi Abah yang sudah susah payah merawat tanah Bapak. Saya yang menyuruh Abah menebas semak belukar di tanah itu dan menyuruhnya berkebun TOGA di sana. Mestinya Bapak berterima kasih pada kami. Tanah Bapak diurusi, ditebas belukarnya tanpa mengeluarkan satu senpun. Biaya menebas belukar itu banyak Pak! Mahal! Lagi pula kalau Bapak merasa itu tanah Bapak kenapa Bapak tidak pernah muncul? Kebetulan Bapak sekarang muncul, saya mau menagih tunggakan pajak PBB yang sudah bertahun-tahun tidak pernah Bapak bayar!"
Dengan sedikit kesal akhirnya aku juga mengeluarkan unek-unek pada Bapak itu. Susah juga ternyata punya warga yang mau enak sendiri. Ketika kewajiban yang mesti dipenuhi diabaikannya, malah menuntut hak-haknya dihormati.
"Ini SPPT PBB tanah Bapak, saya minta dibayar pajaknya kalau Bapak merasa memiliki tanah itu!" kataku sambil menyerahkan SPPT PBB tahun berjalan.
"Satu lagi, saya tidak mau Bapak marah-marah lagi pada Abah. Karena saya yang memerintahkan mengurusi tanah Bapak itu. Sebagai seorang aparat saya malu pada tamu-tamu yang datang ke kantor. Masa sih di sekitar kantor pemerintah jorok penuh belukar gara-gara tanah Bapak itu!"
Dengan berbagai argumen Bapak paruh baya itu membela diri dan mengelak menerima tagihan SPPT PBB tanah miliknya. Dia juga berkelit tidak mau mengganti biaya menebas rumput dan semak belukar di atas tanahnya.
Hughh... Hari itu aku memetik sebuah pelajaran dari pengalaman yang baru saja terjadi. Ternyata tak selamanya niat berbuat baik ditanggapi positif. Bukannya mau berterima kasih malah si empunya tanah marah-marah dan mencurigai negatif ada motif lain dari kami.
Ada-ada saja pengalamanku hari itu. Hingga kini aku selalu terkenang pada pengalaman miris itu.
"Yuk cerita tentang "Kebaikan Tak Selalu Baik Dimata Orang Lain"
Memang ada juga sebagian kecil orang seringnya menaruh prasangka kurang baik terlebih dulu jadi menutup segala kemungkinan tujuan baik yg dilakukan oleh pihak lain.Sabar ya bunda☺sukses untuk giveawaynya
BalasHapusMakasih atas atensi dan kunjungannya ya Mba..
HapusWaduh, udah jelas2 ngaku tanah miliknya tapi mengelak dari kewajiban. *pasti orang berduit ini* :)
BalasHapusIya kayaknya Bapak itu memang orang berduit.. tanahnya gak terurus namun dijual juga enggak, yang ada malah bikin repot orang sekampung..
HapusIih serem dimarah2 aku pernah tuh, gregeran ya, jadi bayar layak gak si bapak, Mbk?
BalasHapusBenar Mba..geregetan banget..
HapusBehh bener2 ga tau trima kasih itu bapak. Padahal niat nya mbak.e bagus...
BalasHapusyang sabar ya mbak.
bnyak pnglaman di lapangan sepertti mbk
e trsebut. Dn smoga ada hikmah buat bapak yg membangkang tadi
sukses utk lombanya ya mba
Makasih atensinya ya Mba..
HapusIiishhh geregetan kalo punya warga macam itu. Pingin getok kepalanya aja.
BalasHapusUntungnya masih sabar Mba dan cuma bisa ngelus2 dada sih..
HapusUdah dibantu tanahnya jadi bersih kok malah ngamuk. Ada-ada aja ya, mbak. Kayaknya dia ngeles biar gak ditagih PBB
BalasHapusIya dia ngeles gak mau bayar PBB.. Makanya dia diem2 aja gak mau muncul..hehe..
HapusKalau soal tanah memang suka sensitif mba...
BalasHapusAda jg di komplek yg rumahnya ditinggal begitu saja tdk diurus bersemak belikar bahkan hmpr roboh...
Tukang kebersihan malas urus krn yg py td gak mau bayar iuran warga utk kebersihan
Masih ada warga yg maunya menang sendiri ya Mba..
HapusHmmm...salah satu warga yang kurang bertanggungjawab ya mbak. Menuntut haknya tapi lupa dengan kewajiban dia.
BalasHapusIya Mba...mudah2an Bapak itu kini sadar akan kekeliruannya yg lalu..
HapusSerba salah ya mbak, kalo nggak diurus kok bikin sepet mata, tapi pas diurus yang punya marah-marah.
BalasHapusIya serba salah Mba.. kayak makan buah simalakama..hehhemm..
HapusHfft... Ikut geregetan sama bapaknya nih
HapusSabar Mba..hehe..
HapusWuih kesal jg yaa dimarahin padahal kita niatnya bsik
BalasHapusYahh...begitulah Mba..kadang2 berniat baik malah orangnya gak senang..hadehh..
Hapushehe sabar ya bu rita setiap hati punya makusd tersendiri.....
BalasHapusIya mesti banyak bersabar nih..
HapusOrang macam ini banyak ya mbak, yang kita bisa cuma memaklumi aja karakter org beda2. Tp gemes ih bacanya pengen tak jedotin aja si bapak
BalasHapusSabar Mba.. Sudah paruh baya Bapak itu jgn dijefotin dong..
HapusJangan dijedotin Mba..kasihan Bapaknya dah paruh baya.. kita doakan aja biar dia sadar akan kekeliruannya..
HapusWah harus lebih hati-hati ke depan ya mbak... niat baik belum tentu ditanggapi dengan baik ya mbak...
BalasHapusMksh atensi dan kunjungannya ya Mba..
HapusMksh atensinya ya..
HapusYa Mba..kadang2 apa yang baik menurut kita belum tentu baik menurut orang lain..
HapusYa ampun... Memang susah berbuat baik ke orang yang nggak ada tanggung jawab dengan miliknya sendiri. Semoga si bapak sekarang sudah sadar ya.
BalasHapusMksh atensinya ya Mba..
HapusMbak Rita, mungkin bapak itu takut tanahnya bakal dikuasai oleh kelurahan. Tapi saat ditagih pajaknya kok menghindar ya...Tapi memang gitu deh di dunia ini banyak sekali silang sengketa akibat ketidaktahuan :)
BalasHapusBetul Mba.. kalo ada miss-komunikasi maka prasangka negatif akan muncul.. mksh atensinya ya..
HapusWaah Mbak Rita keren, bisa menghadapi secara verbal bapak yang punya tanah itu. Kalau saya, mungkin sudah melipir menghadapi orang marah2 -_-
BalasHapusmemang ya, tidak selamanya perbuatan baik dianggap baik
Haha.. aku dah biasa Mba ngadepin hal2 demikian saat bertugas di kelurahan.. Namanya warga ya..banyak ragam polah tingkahnya.. Ada yang ngeselin tetapi ada juga yang baik koq..hehe..
HapusMbak Rita kereeeen, bagus mbak,kok bapak itu gak mau bayar pajak ya, hehe padahal sudah kewajiban
BalasHapusNah itulah Mba... Bapak itu koq tahu ya tanahnya ada yang menanami dengan tumbuhan..pasti ada mata2nya ya di sekitar itu..haha..
BalasHapusBagua mba ceritanya, sesuai dengan tema nya. Pasti menang!! Lagipula si bapak seharusnya berterimakasih bukan nya malah ngomel2.. Bayar tuh pajak nya pak
BalasHapusMkash atensinya ya Mba.. Ini hanya pengalaman yang pernah aku rasakan saat bertugas di kelurahan..
HapusJyaaaahhhh, ikut kezeeeelll baca ini mbak.
BalasHapusTapi insyaAllah, dgn di"dzalimi" semacam ini semoga bisa menggugurkan dosa2 kita ya mbaaa, amiiiin
--bukanbocahbiasa--
Aminn.. Mksh atensinya ya Mba..
Hapusaminn...mksh atensinya ya..
HapusDuh, si bapak. Bukannya berterima kasih kok ya malah marah-marah. Ceritanya mirip sama dua blok di samping rumahku yang juga dimarahi gara-gara ngerawat kebun rumah kosong di depannya. orang aneh ternyata ada ya mba.
BalasHapusYah..begitulah Mba.. dalam keseharian kita ada aja kita ketemu dgn orang2 seperti itu..
Hapusawalnya saya juga menyangka kalau Bapak itu khawatir tanahnya merasa di hak milik oleh orang lain, makanya marah. Tapi kalau kemudian tetap berkelit gak bayar SPPT, wah kok begitu itu bapak, ya?
BalasHapusItulah dinamikanya Mba.. hehe..
Hapusorg memang selalu terbawa emosi, padahal ada niat baik dibalik itu. Seharusnya pemilik tanah bisa bertanya baik2, gak usah marah2 terlebih dahulu
BalasHapusIya mestinya tanya baik2 ya Mba.. kan ada penjelasannya nanti dari kita..
Hapussudah banyak tipe manusia seperti ini, kewajibannya gak kelihatan, tapi hak nya semua disebutkan. mirisss.
BalasHapusMksh atensinya ya Mba..
HapusBanyak banget neh mba yang seperti ini neh mba. Kita niatnya baik, malah begitu.
BalasHapusMaksh atensi dan kunjungannya ay Mba..
HapusSikap manusia memang beraneka ragam ya Bu.
BalasHapusHarusnya memang berterima kasih tanahnya dirapikan
Salam hangat dari Jombang
Maksh atensinya ya Pakde..
Hapushihihihi, ayak ayak wae, untung mbak Rita punya alasan nonjok, sambil nyodorin tagihan SPPT PBBnya pulak, hahahaha...trus apa kabar tanah itu skrg mbak? #eh...
BalasHapusIya Mba...untuk aku punya alasan utk nyerang balik..hehe..
HapusItu si Bapak lucu juga, ya. Ke mana aja selama ini?
BalasHapusTerima kasih yaa mbak Rita.. Sudah meramainkan GA saya
Cara2 Tuan Tanah yg pelit utk menghindar dari kewajiban bayar pajak ya begitulah Mba.. Gak muncul2..
HapusJujur aja, di paragraf-paragraf awal aku baca, aku membatin, "ya harusnya kan memang ngomong dulu." Eh pas udah di tengah cerita dan ending, jadi paham. Duuuh itu orang ya harusnya gak usah marah-marah. Pas disuruh bayar PBB gak mau >.<
BalasHapushehe... ada yang mau enak sendiri Om..
Hapuswkwkwk. Tuman tuh Bapak. Ngga malu juga yak ga bayar PBB. Udah gitu marah2 pulak. Di awal sih sempet bingung biasanya kan kalo mau manfaatin emang harus ijin dulu yak ma pemilik. Tapi pas baca ending, beuuh...ini Bapak..ampun dan tobat dah.
BalasHapusMsh atensinya ya Mba..
Hapuspaliiiing sebel kalau ada orang seenak udel begitu ya mbaaa...aslii sebeel :)
BalasHapusSebel banget aku Mba..
Hapusbetul mbak niat baik kadang disalah artikan ya sama orang lain, duh kasihan abah malah dimarahin ya
BalasHapusSedih aku dimarahin Mba..
HapusHih, bikin gregetan yaa orang kayak gitu >:(
BalasHapusHehe..iya Mba bikin geregetan..
HapusMbak, tolong cek pengumuman GA ku ya
BalasHapushttp://www.noormafitrianamzain.com/2016/06/pengumuman-giveaway-kebaikan-tak-selalu-baik-di-mata-orang-lain.html
Ok Mba.. Ntar aku ke TKP..
HapusKalau di kampung saya sudah ada peraturannya mbak, punya tanah harus dirawat, punya halaman harus disapu dan dibersihkan untuk kenyamanan bersama.
BalasHapusEnak ya Mba kalo warganya patuh semua kayak gitu.. Mksh atensinya ya..
Hapus