Minggu, 11 April 2010, pukul 09.00 WIB.. Di komplek Polygon saat kegiatan gotong-royong, aku teringat seorang teman SD bernama Eva. Menuru...
Minggu, 11 April 2010, pukul 09.00 WIB..
Di komplek Polygon saat kegiatan gotong-royong, aku teringat seorang teman SD bernama Eva. Menurut Eva rumahnya ada di komplek ini. Aku segera sms dia mengabarkan bahwa aku berada di depan gapura masuk komplek ini.
Setelah putus kontak hampir 20 tahun lamanya, akhirnya kami berjumpa kembali. Tepatnya berjumpa di dunia maya dalam jejaring fesbuk.
Ketika sedang asyik ngobrol dengan seorang teman, tiba-tiba sebuah suara memanggilku. "Rita...?!"
Aku menoleh ke arah suara itu. Sesosok wanita keluar dari mobilnya dengan senyum tersungging di bibirnya. "'Hai... Eva ya?" sapaku pada wanita itu.
Wanita itu mengangguk. Lalu kami sama-sama tertawa berderai menyadari kebahagian berjumpa dengan teman lama. Kami pun berangkulan hangat. "Apa kabar?" tanyaku membuka percakapan.
"Baik!" sahutnya singkat. "Sedang gotong-royong ya? Wah, repot terus ya pagi-pagi minggu masih saja ada kegiatan kantor?"
Aku mengiyakannya. "Memang betul, Eva. Lokasi ini menjadi salah satu titik pantau penilaian Adipura." uraiku. Selanjutnya, setelah berbasi-basi kami terlibat percakapan seru mengenang masa kecil kami ketika SD.
"Anakmu berapa, Rita?"
"Aku belum punya momongan. Mungkin Allah belum mempercayai kami."
"Oh tak apa-apa, sabar saja ya. Si Melly juga belum punya momongan. " ungkapnya lagi. Si Melly ini teman SD kami juga, yang baru beberapa hari ini berjumpa di fesbuk. Eva juga bercerita kalau anaknya sudah tiga orang dan beranjak remaja.
Pertanyaan tentang anak seringkali menggangguku. Aku sering sedih kenapa sampai saat ini Allah belum memberikanku kehamilan? Atau mungkin Allah punya rencana lain?
Lalu percakapan kami berlanjut hingga menceritakan tentang keluarga masing-masing. "Suamimu kerja di mana, Eva?" tanyaku kemudian.
Eva terdiam sejenak. "Suamiku sakit Rita, tidak kerja lagi."
"Sakit apa?"
"Stroke. Sudah dua bulan setengah!"
Kali ini giliran aku memberikan support padanya. "Kamu juga harus sabar ya Eva. Ini semua cobaan bagi hidup kita." kataku mencoba memberi kekuatan padanya.
"Iya Rita. Cobaanku seperti itu. Suamiku stroke pada usia muda. Cobaan kamu belum punya momongan. Tapi kita harus kuat dan jangan lemah apalagi mengeluh menghadapi cobaan ini."
Perjumpaan dengan Eva pagi ini membuka mata hatiku kembali bercahaya. Ternyata setiap manusia diberikan cobaan dalam hidupnya. Manusia tidak ada yang sempurna. Apakah kita kuat menghadapi cobaan itu, hanya kita yang tahu jawabannya.
Akhirnya, perjumpaan kami pun berakhir. Eva harus kembali ke rumahnya dengan rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga. Aku pun kembali ke rumah karena kegiatan gotong-royong pun telah usai.
Di komplek Polygon saat kegiatan gotong-royong, aku teringat seorang teman SD bernama Eva. Menurut Eva rumahnya ada di komplek ini. Aku segera sms dia mengabarkan bahwa aku berada di depan gapura masuk komplek ini.
Setelah putus kontak hampir 20 tahun lamanya, akhirnya kami berjumpa kembali. Tepatnya berjumpa di dunia maya dalam jejaring fesbuk.
Ketika sedang asyik ngobrol dengan seorang teman, tiba-tiba sebuah suara memanggilku. "Rita...?!"
Aku menoleh ke arah suara itu. Sesosok wanita keluar dari mobilnya dengan senyum tersungging di bibirnya. "'Hai... Eva ya?" sapaku pada wanita itu.
Wanita itu mengangguk. Lalu kami sama-sama tertawa berderai menyadari kebahagian berjumpa dengan teman lama. Kami pun berangkulan hangat. "Apa kabar?" tanyaku membuka percakapan.
"Baik!" sahutnya singkat. "Sedang gotong-royong ya? Wah, repot terus ya pagi-pagi minggu masih saja ada kegiatan kantor?"
Aku mengiyakannya. "Memang betul, Eva. Lokasi ini menjadi salah satu titik pantau penilaian Adipura." uraiku. Selanjutnya, setelah berbasi-basi kami terlibat percakapan seru mengenang masa kecil kami ketika SD.
"Anakmu berapa, Rita?"
"Aku belum punya momongan. Mungkin Allah belum mempercayai kami."
"Oh tak apa-apa, sabar saja ya. Si Melly juga belum punya momongan. " ungkapnya lagi. Si Melly ini teman SD kami juga, yang baru beberapa hari ini berjumpa di fesbuk. Eva juga bercerita kalau anaknya sudah tiga orang dan beranjak remaja.
Pertanyaan tentang anak seringkali menggangguku. Aku sering sedih kenapa sampai saat ini Allah belum memberikanku kehamilan? Atau mungkin Allah punya rencana lain?
Lalu percakapan kami berlanjut hingga menceritakan tentang keluarga masing-masing. "Suamimu kerja di mana, Eva?" tanyaku kemudian.
Eva terdiam sejenak. "Suamiku sakit Rita, tidak kerja lagi."
"Sakit apa?"
"Stroke. Sudah dua bulan setengah!"
Kali ini giliran aku memberikan support padanya. "Kamu juga harus sabar ya Eva. Ini semua cobaan bagi hidup kita." kataku mencoba memberi kekuatan padanya.
"Iya Rita. Cobaanku seperti itu. Suamiku stroke pada usia muda. Cobaan kamu belum punya momongan. Tapi kita harus kuat dan jangan lemah apalagi mengeluh menghadapi cobaan ini."
Perjumpaan dengan Eva pagi ini membuka mata hatiku kembali bercahaya. Ternyata setiap manusia diberikan cobaan dalam hidupnya. Manusia tidak ada yang sempurna. Apakah kita kuat menghadapi cobaan itu, hanya kita yang tahu jawabannya.
Akhirnya, perjumpaan kami pun berakhir. Eva harus kembali ke rumahnya dengan rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga. Aku pun kembali ke rumah karena kegiatan gotong-royong pun telah usai.
Bagus juga tuh ceritanya !
BalasHapusthanks sdh koment..
BalasHapus