Waktu aku masih kecil, aku bersama keluarga menempati sebuah rumah dengan halaman luas yang ditumbuhi rumput gajah. Di atas rumput-rumput it...
Waktu aku masih kecil, aku bersama keluarga menempati sebuah rumah dengan halaman luas yang ditumbuhi rumput gajah. Di atas rumput-rumput itu bahkan aku dan adik-adik biasa bermain. Masih kuingat, kami sering meletakkan sehelai kain lusuh dan jingkak-jingkrak di atasnya. Bahkan kami berguling-guling sambil tidur-tiduran di atas sehelai kain itu. Rasanya seperti tiduran di atas kasur busa yang empuk.
Papaku punya seorang tukang potong rumput langganan, Lek Marso namanya. Setiap bulan Lek Marso pasti mampir ke rumah memotong rumput di halaman rumah kami. Kalau jadualnya telat maka rumput-rumput itu akan semakin tinggi membentuk semak-semak. Takutnya nanti ada ular bersarang di semak-semak kalau telat memotongnya, begitu kata papaku kala itu.
Aku pun akhirnya menjadi akrab dengan sosok Lek Marso. Dalam suatu kesempatan aku berbincang dengannya.
"Lek, capek gak motong rumput terus?" aku mengajukan pertanyaan lugu khas anak kecil.
"Ya nggaklah Mbak, ini kan sudah jadi pekerjaan Lek Marso, nggak ada kata capek untuk suatu pekerjaan. Kalau Lek Marso nggak merumput nanti keluarga mau makan apa?"
Aku pun manggut-manggut sok memahami arti ucapannya. "Langganan Lek Marso banyak ya?" lanjutku.
"Ya adalah beberapa langganan." sambungnya sambil mengasah mata tebasan. Ohya, jaman dulu belum ada mesin potong rumput. Pekerjaan memotong rumput dilakoni Lek Marso dengan bermodalkan sebuah alat potong rumput yang disebut tebasan. Tebasan itu terbuat dari lempengan besi yang salah satu sisinya diasah tajam. Kemudian lempengan besi itu dirangkai dan diikat dengan sebilah bambu. Nah, kalau mata tebasannya tumpul, Lek Marso mengasahnya dengan sebuah batu asahan namanya.
Sambil mengasah batu asahannya Lek Marso melanjutkan perbincangan. "Sebetulnya isteri Lelek bukan satu lho tapi ada tiga!" ucapnya sehingga membuat keningku berkerut tanda berfikir.
'Lho, memangnya Lek Marso mampu mengidupi isteri lebih dari satu?" tanyaku penuh heran.
"Haha.. Bukan begitu Mbak Rita! Maksud Lek Marso begini.. isteri pertama adalah isteri yang ada di rumah. Isteri kedua adalah rumput-rumput itu.. Isteri ketiga adalah alat tebasan ini. Ketiga isteri ini sangat berarti bagi Lek Marso. Tanpa ketiganya Lek Marso tak bisa hidup..!
Oala..., aku kira isterinya benar ada tiga. Rupanya sebutan isteri kedua dan isteri ketiga adalah sebuah perumpamaan untuk pekerjaan yang dilakoninya sebagai tukang rumput. Berarti, rumput dan alat tebasannya itu adalah soulmatenya Lek Marso dong!!
Papaku punya seorang tukang potong rumput langganan, Lek Marso namanya. Setiap bulan Lek Marso pasti mampir ke rumah memotong rumput di halaman rumah kami. Kalau jadualnya telat maka rumput-rumput itu akan semakin tinggi membentuk semak-semak. Takutnya nanti ada ular bersarang di semak-semak kalau telat memotongnya, begitu kata papaku kala itu.
Aku pun akhirnya menjadi akrab dengan sosok Lek Marso. Dalam suatu kesempatan aku berbincang dengannya.
"Lek, capek gak motong rumput terus?" aku mengajukan pertanyaan lugu khas anak kecil.
"Ya nggaklah Mbak, ini kan sudah jadi pekerjaan Lek Marso, nggak ada kata capek untuk suatu pekerjaan. Kalau Lek Marso nggak merumput nanti keluarga mau makan apa?"
Aku pun manggut-manggut sok memahami arti ucapannya. "Langganan Lek Marso banyak ya?" lanjutku.
"Ya adalah beberapa langganan." sambungnya sambil mengasah mata tebasan. Ohya, jaman dulu belum ada mesin potong rumput. Pekerjaan memotong rumput dilakoni Lek Marso dengan bermodalkan sebuah alat potong rumput yang disebut tebasan. Tebasan itu terbuat dari lempengan besi yang salah satu sisinya diasah tajam. Kemudian lempengan besi itu dirangkai dan diikat dengan sebilah bambu. Nah, kalau mata tebasannya tumpul, Lek Marso mengasahnya dengan sebuah batu asahan namanya.
Sambil mengasah batu asahannya Lek Marso melanjutkan perbincangan. "Sebetulnya isteri Lelek bukan satu lho tapi ada tiga!" ucapnya sehingga membuat keningku berkerut tanda berfikir.
'Lho, memangnya Lek Marso mampu mengidupi isteri lebih dari satu?" tanyaku penuh heran.
"Haha.. Bukan begitu Mbak Rita! Maksud Lek Marso begini.. isteri pertama adalah isteri yang ada di rumah. Isteri kedua adalah rumput-rumput itu.. Isteri ketiga adalah alat tebasan ini. Ketiga isteri ini sangat berarti bagi Lek Marso. Tanpa ketiganya Lek Marso tak bisa hidup..!
Oala..., aku kira isterinya benar ada tiga. Rupanya sebutan isteri kedua dan isteri ketiga adalah sebuah perumpamaan untuk pekerjaan yang dilakoninya sebagai tukang rumput. Berarti, rumput dan alat tebasannya itu adalah soulmatenya Lek Marso dong!!
salam sobat
BalasHapuspatut diteladani Lek Marso.
setia dengan istri,
kirain beneran istri lebih dari satu.
ternyata istri kedua hanyalah rumput,
istri ketiga alat tebasan.
Hehehehe, Qrain juga beneran mba si lek Marso itu istrinya 3, ^^
BalasHapussalam kenal ya mba..
Jangan-jangan itu hanya karena dia ingin punya istri lagi tapi nggak mampu, hihi
BalasHapusRumput itu bukan soulmatenya mbak.
BalasHapusTp rumput itu bak pejabat nakal, dan Lek Marso itu penyidiknya... Lepmegan besi itu ilmunya Lek Marso. Dan asahannya itu berkas-berkas beliau.
hehehehehe
sayang bukan beneran ya mbak hehehe
BalasHapusIbu, kalau ditambah rumput, jadi ada 4 dong. Buka cuma tiga
BalasHapusBetul nggak?
hahaa.. kupikir istrinya 3 beneran, ternyata yang 2 istrinya adalah rumput sama alatnya.. hemm.. bener-bener saking cintanya tuh
BalasHapushahaa.. kupikir istrinya 3 beneran, ternyata yang 2 istrinya adalah rumput sama alatnya.. hemm.. bener-bener saking cintanya tuh
BalasHapushahahah ... aku kirain apa?
BalasHapusternyata fake wife yah :P
kirain beneran.hehee
BalasHapusOalah... judul itu membuatku berpikiran yg tidak2... hehehe
BalasHapusternyata Lek Marso orang yg setia dan baik ya...?
BalasHapushehe ... terkecoh oleh judul nih.
BalasHapusmaaf baru berkunjung lagi. Kok link blog saya belum terpasang disini, ya? padahal punya mbak rita sudah lama ada di blog-ku.
Kirain eh kirain :-)
BalasHapusSekarang masih berhubungan dengan Lek Marso ga Mba?
Bah! Tertipu dirikyu...
BalasHapuscerita yang menarik, mohon kunjungan balik ya, skalian follow balik, salam kenal :)
BalasHapus