"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum meerendahkan kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang direndahkan) lebih b...
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum meerendahkan kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang direndahkan) lebih baik dari mereka (yang merendahkan)..."
(QS. Al-Hujurat:11)
Suatu hari aku bermaksud mengunjungi adik yang punya tiga anak balita. Adikku bercerita bahwa kini dia punya pengasuh baru untuk merawat anaknya. Secara adikku itu selain ibu rumahtangga dia juga seorang pendidik. Otomatis butuh asisten untuk menjaga sekaligus merawat anak-anaknya selagi dia beraktifitas di luar rumah.
"Bunda...ini lho pengasuh yang baru untuk anak-anak. Namanya ibu Sawiyah," kata adikkku saat memperkenalkan sang pengasuh baru.
Ibu pengasuh itu tersenyum sambil menunduk-nundukkan kepala padaku pertanda mengenalkan dirinya.
"Oh ya...baguslah kalau begitu... Mudah-mudahan ibu Sawiyah bisa membantu untuk menjaga dan merawat keponakanku ya, Bu?" pintaku pada ibu paruh baya itu.
"InsyaAllah..., Bu..."
Ibu Sawiyah sering disapa "Uwak Pengasuh" oleh ketiga keponakanku. Anak-anak itu cepat sekali akrab dengan ibu Sawiyah. Mungkin karena beliau bisa mengambil hati anak-anak.
Lain hari adikku bercerita kembali tentang sosok ibu Sawiyah. Mendengar cerita dari adikku, aku berkesimpulan sosok ibu Sawiyah adalah wanita kuat dan tegar. Sejak muda dia mencari nafkah sendiri. Sementara sang suami menderita stroke sejak lama. Kini suaminya sudah meninggal karena penyakitnya yang semakin parah. Dia memiliki seorang anak laki-laki yang kini kuliah di sebuah perguruan tinggi.
Ketika ibu Sawiyah tak masuk kerja di rumah adik, aku pun bertanya apa sebabnya.
"Ibu Sawiyah ijin Kak... Hari ini dia menghadiri wisuda sarjana S-2 anaknya." terang adikku.
"Ooh ya? Jadi anaknya itu sekolahnya dah jenjang S-2 ya?" aku balik bertanya. Aku tak menyangka seorang ibu sederhana seperti beliau punya semangat tinggi untuk menyekolahkan anak hingga S-2. Apalagi dia selama ini tak pernah menceritakan perihal anaknya yang S-2 untuk dibangga-banggakan.
Ketika aku menerima undangan pernikahan anaknya pun aku kembali dibuat terkagum-kagum pada sosok ibu Sawiyah. Calon mantunya pun seorang sarjana S-2 lulusan perguruan tinggi ternama di kotaku.
Kupikir ibu Sawiyah adalah seorang ibu yang biasa saja. Ternyata dia begitu istimewa dimataku. Selain pekerja keras beliau itu rendah hati, tahu menempatkan diri, tak pernah ngomong tinggi, dan selalu ikhlas dalam merawat anak adikku.
Saat ini ibu Sawiyaah telah dikarunai seorang cucu perempuan yang cantik. Anak mantunya sudah memiliki rumah dan pekerjaan yang bagus sebagai seorang dosen di perguruan tinggi tempat mereka menimba ilmu. Walaupun anak mantunya telah sukses namun ibu Sawiyah tak mau menumpang hidup pada anak mantunya.
Hingga kini ibu Sawiya tetap setia pada pekerjaannya. Mengurus tiga keponakanku yang tengah beranjak remaja.
COMMENTS