Laki-laki itu membuka dompetnya. Memeriksa lembar demi lembar rupiah yang terselip di dalamnya. "Hmmm.... Uangku tingga...
Laki-laki itu membuka dompetnya. Memeriksa lembar demi lembar rupiah yang terselip di dalamnya.
"Hmmm.... Uangku tinggal duaratus ribu perak," lelaki itu menggumam. Sedikit gamang dia menutup kembali dompet itu. Apakah harus membantu Pak Udin atau tidak? Sementara masih sepuluh hari lagi baru gajian. Uang yang tersisa di dompet itu hanya cukup untuk membeli bensin motor.
Pikirannya melayang lagi pada Pak Udin, tetangga yang mengontrak rumah di sebelah. Sudah tiga hari anaknya terbaring dengan kaki terbungkus perban. Korban tabrak lari. Anak itu hanya diurut dukun patah. Namun luka infeksi nampaknya menjalar dalam tubuhnya, sehingga anak itu demam tinggi.
Pak Udin, buruh panggul di pasar tradisional pagi tadi mendatangi dirinya. Bermaksud meminjam uang untuk berobat anaknya.
"Saya minta tolong sama Pak Armidi. Sekiranya bisa bantu meminjamkan uang untuk berobat anak saya. Nanti kalau saya sudah manggul lagi di pasar uang yang saya pinjam nanti dikembalikan secepatnya, Pak...," lelaki tetangga sebelah itu mengiba.
"Aduh... Maaf sekali Pak. Saat ini saya tidak punya uang. Saya baru saja membayar tagihan listrik, PAM, telepon," lelaki itu berkata dengan berat hati.
"Ooh iyalah Pak, tak mengapa, mungkin saya cari pinjaman ke tempat lain saja. Makasih Pak," tukas Pak Udin berpamitan.
Braakkkk...!!! Tiba-tiba benturan keras mengagetkannya. Sebuah sepede motor menyalip di kanan dan menyenggol motor laki-laki itu. Spontan motor laki-laki itu oleng dan akhirnya kedua motor bersenggolan meluncur ke pinggir jalan.
Seketika mobil dan motor yang berlalu lalang di jalan mendadak menginjak pedal rem. Membanting kemudi, menghindar agar tak terjadi kecelakaan beruntun. Orang-orang pun ramai berkerumun untuk memberi pertolongan.
Untunglah tak terjadi kecelakaan beruntun. Laki-laki itu hanya tersungkur dengan luka lecet di kaki dan lengan kirinya.
"Ugghhh....," laki-laki itu meringis kesakitan. Pagi itu dia mendapat musibah. Pikirannya kembali melayang pada sosok Pak Udin. Seandainya dia menolong Pak Udin pagi tadi mungkin musibah ini tak terjadi, pikirnya.
"Ya Allah... ampuni hambamu ini, yang tak bisa menolong dan berbagi pada orang lain yang membutuhkan hamba," gumamnya dalam hati. Bayangan Pak Udin dengan mimik memelas telah menyentuh nuraninya.
Laki-laki itu beringsut, mengumpulkan tenaganya untuk berdiri. Dengan menahan rasa sakit dia menghidupkan mesin motor dan memacunya ke rumah Pak Udin. Selembar uang seratus ribuan diserahkan ke Pak Udin. "Untuk berobat anak Bapak. Ambil saja tak usah dikembalikan ya Pak."
Laki-laki itu kemudian berlalu meninggalkan Pak Udin yang masih tampak bingung menerima uang pemberiannya.
PS: Seperti yang diriwayatkan dalam Alquran (surat Al-Maidah/5:2)
"Hendaklah kamu tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan janganlah saling membantu dalam perbuatan dosa dan permusuhan. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah keras dalam hukuman-Nya"
"Hmmm.... Uangku tinggal duaratus ribu perak," lelaki itu menggumam. Sedikit gamang dia menutup kembali dompet itu. Apakah harus membantu Pak Udin atau tidak? Sementara masih sepuluh hari lagi baru gajian. Uang yang tersisa di dompet itu hanya cukup untuk membeli bensin motor.
Pikirannya melayang lagi pada Pak Udin, tetangga yang mengontrak rumah di sebelah. Sudah tiga hari anaknya terbaring dengan kaki terbungkus perban. Korban tabrak lari. Anak itu hanya diurut dukun patah. Namun luka infeksi nampaknya menjalar dalam tubuhnya, sehingga anak itu demam tinggi.
Pak Udin, buruh panggul di pasar tradisional pagi tadi mendatangi dirinya. Bermaksud meminjam uang untuk berobat anaknya.
"Saya minta tolong sama Pak Armidi. Sekiranya bisa bantu meminjamkan uang untuk berobat anak saya. Nanti kalau saya sudah manggul lagi di pasar uang yang saya pinjam nanti dikembalikan secepatnya, Pak...," lelaki tetangga sebelah itu mengiba.
"Aduh... Maaf sekali Pak. Saat ini saya tidak punya uang. Saya baru saja membayar tagihan listrik, PAM, telepon," lelaki itu berkata dengan berat hati.
"Ooh iyalah Pak, tak mengapa, mungkin saya cari pinjaman ke tempat lain saja. Makasih Pak," tukas Pak Udin berpamitan.
Braakkkk...!!! Tiba-tiba benturan keras mengagetkannya. Sebuah sepede motor menyalip di kanan dan menyenggol motor laki-laki itu. Spontan motor laki-laki itu oleng dan akhirnya kedua motor bersenggolan meluncur ke pinggir jalan.
Seketika mobil dan motor yang berlalu lalang di jalan mendadak menginjak pedal rem. Membanting kemudi, menghindar agar tak terjadi kecelakaan beruntun. Orang-orang pun ramai berkerumun untuk memberi pertolongan.
Untunglah tak terjadi kecelakaan beruntun. Laki-laki itu hanya tersungkur dengan luka lecet di kaki dan lengan kirinya.
"Ugghhh....," laki-laki itu meringis kesakitan. Pagi itu dia mendapat musibah. Pikirannya kembali melayang pada sosok Pak Udin. Seandainya dia menolong Pak Udin pagi tadi mungkin musibah ini tak terjadi, pikirnya.
"Ya Allah... ampuni hambamu ini, yang tak bisa menolong dan berbagi pada orang lain yang membutuhkan hamba," gumamnya dalam hati. Bayangan Pak Udin dengan mimik memelas telah menyentuh nuraninya.
Laki-laki itu beringsut, mengumpulkan tenaganya untuk berdiri. Dengan menahan rasa sakit dia menghidupkan mesin motor dan memacunya ke rumah Pak Udin. Selembar uang seratus ribuan diserahkan ke Pak Udin. "Untuk berobat anak Bapak. Ambil saja tak usah dikembalikan ya Pak."
Laki-laki itu kemudian berlalu meninggalkan Pak Udin yang masih tampak bingung menerima uang pemberiannya.
PS: Seperti yang diriwayatkan dalam Alquran (surat Al-Maidah/5:2)
"Hendaklah kamu tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan janganlah saling membantu dalam perbuatan dosa dan permusuhan. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah keras dalam hukuman-Nya"
sebuah pelajaran yang sangat berharga... memang harus dikuatkan niat untuk saling berbagi...
BalasHapus@Upik: Makasih mbak.dah mampir ke blog-ku....
BalasHapuslam kenal mak.. kalau kita tau apa yg akan terjadi di depan, saya yakin semua orang ingin menjadi org yg baik ya mak..
BalasHapuscerita yang menarik, mbak
BalasHapus@tanti Amelia: makasih ya kunjungannya.. Smga postingan ini ada manfaatnya..
BalasHapus@spesial anugerah: makasih atensinya.. Salam kenal juga..
BalasHapusSebagai umat muslim saling berbagi dan saling tolong menolong apa salahnya,,, menambah tali silaturahmi antar sesama muslim dan mempererat tali persaudaraan sesama muslim
BalasHapusNice post :)
@Catatan Harian Irfan: betul seali itu...saling tolong menolong memupuk jiwa sosial.. mksh kunjunganna...
BalasHapus