Kegemaranku membaca buku boleh dikatakan terbangun sejak aku masih berusia dini. Seingatku, sejak aku bisa membaca aku sudah akrab dengan ...
Kegemaranku membaca buku boleh dikatakan terbangun sejak aku masih berusia dini. Seingatku, sejak aku bisa membaca aku sudah akrab dengan buku-buku bacaan. Namanya juga masih anak-anak ya...buku yang aku baca adalah jenis buku cerita anak yang berkisah tentang "Puteri Tidur", "Cinderella", "Pinokio" dan beragam judul lainnya. Kala itu buku bacaan anak masih didominasi dengan buku cerita saduran dari kisah-kisah yang bersetting luar negeri.Kebetulan waktu jamannya masih SD aku memiliki banyak teman yang hobi baca juga. Kami sering saling bertukar buku cerita. Karena kalau beli kan harganya cukup mahal kala itu dan belum banyak toko buku yang menjual buku cerita anak.
Bukan hanya buku cerita anak saja yang aku gemari, majalah anak pun tak luput aku lahap untuk dibaca. Sebut saja majalah Bobo dan majalah si Kuncung. Karena aku tak mau kehabisan bahan bacaan, aku merengek pada orangtua untuk dibelikan majalah Bobo. Melihat minatku yang sedemikiannya menggandrungi terhadap buku-buku bacaan, akhirnya aku mendapat hadiah dari orangtua untuk berlangganan majalah Bobo. Wah....senangnya bukan main saat itu. Berarti aku tak perlu lagi pinjam majalah Bobo punya teman karena tiap Minggu selalu hadir di rumahku secara teratur.
Beranjak remaja aku mulai mengenal ragam buku cerita yang sedikit berbeda. Buku cerita bergenre petualangan dan detektif seperti "Lima Sekawan" dan "Sapta Siaga" sangat digemari untuk dibaca. Tak pelak lagi, ketika jam istirahat sekolah aku lebih senang menghabiskan waktu di perpustakaan daripada jajan di kantin. Bagiku perpustakaan adalah tempat favorit dimana aku bisa membaca beragam buku apa saja yang aku minati. Buku cerita "Lima Sekawan" dan "Sapta Siaga" adalah buku favoritku yang tak kan pernah kulewatkan untuk membacanya. Hingga kini aku lebih suka membaca buku cerita bergenre petualangan dan detektif seperti kisah-kisah yang tertuang dalam "Lima Sekawan" dan "Sapta Siaga". Lebih seru dan membuat kita penasaran akan ending ceritanya akan berujung seperti apa. Bahkan endingnya sering tak tertebak. Itulah kelebihan buku cerita bergenre petualangan dan detektif. Membuat adrenalin kita terpacu dan penasaran hingga kisah dalam buku itu tuntas dibaca.
Kalau dibandingkan dengan kondisi saat ini, perkembangan buku cerita untuk anak-anak mengalami kemajuan. Jika kita berkunjung ke toko buku kita akan menemukan banyak sekali buku bacaan untuk anak-anak. Mulai dari buku untuk anak usia pra sekolah hingga untuk anak usia sekolah SD. Yang lebih membanggakan lagi, beberapa buku cerita anak itu ditulis oleh penulis yang masih anak-anak pula. Hebat kan? Kecil-kecil ternyata banyak anak Indonesia yang cerdas dan berbakat menjadi penulis. Buktinya mereka telah berhasil menelurkan sejumlah buku karya mereka sendiri. Tentunya hal ini tak terlepas dari campur tangan penerbit yang telah membuka ruang dan kesempatan bagi anakp-anak itu untuk mengembangkan bakatnya. Boleh deh diacungi jempol dan ucapan terimakasih kepada penerbit itu ya...!
Berbicara masalah perkembangan buku cerita anak di Indonesia saat ini, mungkin kita mengaharapkan adanya peran lebih maksimal dari pemerintah. Peran apa sih maksudnya? Pemerintah diharapkan bisa memantau buku-buku saduran yang diterbitkan untuk anak-anak. Jangan sampai kejadian lagi adanya buku anak yang berisikan informasi menyesatkan tentang hal-hal yang belum selayaknya diketahui anak-anak. Baru-baru ini dunia pustaka kita sempat heboh lantaran ada buku tertentu yang beredar luas dan ternyata isinya terlalu dewasa bagi ukuran anak-anak.
Lalu, buku seperti apa sih yang baik untuk dikonsumsi anak-anak kita?
1. Harus banyak jenis buku yang diterbitkan yang berdampak positif bagi perkembangan anak. Maksudnya jenis buku yang seperti apa sih? Itu lho....jenis buku yang bisa merangsang syaraf motorik anak untuk berfikir dan kreatif. Misal, untuk anak usia dibawah lima tahun jenis buku komik bergambar tentunya lebih diminati.
Berbeda dengan anak usia sekolah, buku yang berisi konten studi kasus dan pemecahan masalah akan lebih tepat sebagai bahan bacaannya. Tentu saja bukan konten studi kasus yang berat lho.... Tetap mempertimbangkan berapa usia si anak untuk menerima bahan bacaan, atau justru si anak malah menolaknya. Intinya, konten narasi cerita di dalamnya mengarah pada cara berfikir anak. Bisa atau tidak dia memecahkan suatu masalah.
2. Ragam buku cerita yang bersetting religi dan punya pesan moral juga harus diperbanyak lagi. Ini penting karena untuk membentuk nilai-nilai positif bagi si anak sejak dini. Kita tak akan pernah bisa menjamin apakah anak-anak kita tumbuh menjadi anak-anak yang baik kelak? Lingkungan dan pergaulan kadangkala bisa menjerumuskan anak-anak ke hal-hal negatif. Bila sejak dini anak-anak sudah dikenalkan pada buku-buku bernuansi religi maka mudah-mudahan dia akan bisa melilah mana yang baik dan buruk untuk dilakukan. Ketika si anak bisa menangkap pesan moral yang terkandung dalam buku bacaannya maka ketika itu juga misi buku yang ditulis penulisnya sampai kepada sasaran. Apa sasarannya? Ya itu tadi....hikmah yang dapat dipetik dan dijadikan teladan dalam kehidupan sehari-hari.
Kesimpulannya, setiap buku anak yang diterbitkan hendaknya disesuaikan dengan tinmgkat usia si anak, dan mengandung pesan moral yang baik. Bagaimanapun, setiap bacaan yang dilahap si anak akan membentuk pola pikir dan kepribadian si anak itu sendiri kedepannya. Bila sejak dini sudah dikenalkan dengan buku-buku bagus akan hebatlah bangsa Indonesia memiliki generasi yang cerdas.
Bila sejak dini anak-anak sudah diarahkan membaca buku, nantinya si anak itu akan menemukan bakat dan minatnya sendiri untuk meraih cita-citanya kelak. Peran orangtua hanyalah menjembatani agar harapan si anak dapat terealisasi. Dengan apa caranya? Ya dengan buku dong...!
Artikel ini diikutsertakan pada Lomba Blog #PameranBukuBdg2014
bersama IKAPI Jabar dan Syaamil Quran
Hari ke-2 tanggal 26 Agustus 2014
Hari ke-2 tanggal 26 Agustus 2014
juga harus gampang dimengerti oleh anak-anak pastinya .. :)
BalasHapusYups...tepat sekali, pesan moral yg disampaikan melalui buku haruslah menggunakan bahasa dan kata2 yg mudah dipahami oleh anak2... Mksh atensinya ya...
HapusKalo anaknya tidak suka membaca atau buka buku gmn y?
BalasHapusSalam kenal dari Pulau Dollar
Bisa diberi pendampingan oleh orangtuanya agar si anak minat sama buku...
HapusSaya pernah niat bikin cerita anak tapi rasanya susah sekali, Mbak...
BalasHapusKarena terbiasa nulis cerpen serius, hehe
Kalau aku senang bikin cerita anak krn inspirasinya mudah didapat... Inspirasinya datang bila sering bergaul dgn anak2 itu.. Kebetulan aku punya banyak keponakan yg masing2 punya tingkah polah lucu2...bisa dijadikan tema utk nulis cernak...
HapusKarena emaknya tidak begitu suka sama kegiatan membaca (buku), anak saya juga belom kelihatan ketertarikannya sama buku, Mbak. Hiks.
BalasHapusSebelum si anak tertarik utk membaca dikenalkan dulu dgn buku cerita bergambar.. Awalnya cuma lihat2 gambarnya doang ntar lama2 si anak bisa tertarik lho
Hapusperlu banget ya mbak memperkenalkan buku cerita kepada anak agar anak makin suka dengan buku dan gemar membaca, tapi pendampingan orang tua sangat perlu agar buku yang dibaca tepat sasaran. TFS ya mbak
BalasHapusBetul sekali Mak Sri Wahyuni pendapatnya itu... makasih ya atas atensi dan kunjungannya....
Hapusada juga yang waktu masih anak2 suka eh ...setelah besar jd hilang kebiasaan itu
BalasHapusAduh sayang sekali ya...saat masa kanak2 penyuka buku namun ketika beranjak besar koq malah gak suka buku lg? Agar anak2 ttp mencintai buku tentu saja hrs difasilitasi ..misal dibelikan buku2 tertentu yg menarik minatnya.. Bisa juga spt aku saat kecil dulu sdh langganan majalah Bobo..
Hapusmasih ingat dulu waktu masih smp pinjam buku bobo di tempat peminjaman buku dekat rumah selain itu detektif konan juga sering aku pinjam perseri, terkadang kalau ga punya uang pinjem keteman.
BalasHapusSaat kita kecil dulu memang cara mudah utk mendapatkan bahan bacaan adalah saling bertukar buku cerita ya...hehe.. Mksh ya sudah berkunjung kemari...
Hapus