Tahun 2012 yang lalu.... Ketika itu, pada awal tahun aku memutuskan untuk mengambil cuti 3 bulan. Cuti 3 bulan? Benarkah? Ya, benar! Ke...
Tahun 2012 yang lalu....
Ketika itu, pada awal tahun aku memutuskan untuk mengambil cuti 3 bulan. Cuti 3 bulan? Benarkah? Ya, benar! Keputusan itu aku ambil setelah aku mengetahui sahabatku Lety juga mengambil cuti itu dan digunakannya untuk berobat ke Surabaya. Koq ke Surabaya? Memangnya ada apa di sana? Sahabatku itu mengikuti program bayi tabung pada sebuah rumah sakit di sana. Alhasil, setelah mengikuti serangkaian proses BT, dia dinyatakan hamil.
Kabar kehamilan sahabatku itu bagaikan petir disiang bolong bagiku. Betapa tidak, sejak awal dia mengajakku mengambil cuti bersamaan agar kami sama-sama bisa mengikuti program itu secara bersamaan di Surabaya. Berbagai alasan kuungkapkan. Mulai dari aku barusan dua bulan pindah tugas ke kantor baru, belum punya uang untuk ikut program BT yang konon sangat mahal, suamiku yang notabene karyawan swasta tak mudah mendapatkan ijin dari kantornya, dan bla-bla-bla...seabgreg alasan lainnya.
Singkat kata, aku pun mendapatkan cuti selama 3 bulan, terhitung mulai pertengahan April hingga pertengahan Juli 2012. Waktu cuti itu aku gunakan untuk berobat ke salah satu klinik di kawasan Pondok Kelapa Jakarta Timur. Di sana aku mengikuti terapi PLI. Tubuhku memiliki tingkat imun yang tinggi sehingga sperma pun menjadi musuh yang harus ditumpas oleh imunku. Setiap tiga minggu sekali kami harus bolak balik Palembang-Jakarta ke klinik menemui seorang dokter ahli yang menanganinya. Intinya, darah suamiku diambil lalu dipisahkan darah putihnya untuk disuntikkan ke dalam tubuhku. Tujuannya agar imun dalam tubuhku mengenali sesuatu yang berasal dari suamiku dan bukan sesuatu yang asing lagi bagi tubuhku.
Setelah berjalan dua kali siklus selama enam bulan, aku dinyatakan berhasil mengikuti terapi PLI dan dipersilahkan mengikuti program inseminasi atau bayi tabung. Kami memutuskan untuk melakukan inseminasi pada salah satu klinik di Palembang. Tanggal 15 Desember kami mengikuti program inseminasi. Menurut dokternya, setelah dua minggu kemudian barulah akan diketahui hasilnya. Artinya, dua minggu kedepan akan ketahuan apakah aku hamil atau tidak. Harap-harap cemas aku menantikan kabar tersebut. Tanggal 3 Januari 2013 aku cek ke dokternya. Setelah di USG tampak bulatan hitam pada rahim. Tetapi sang dokter belum bisa memastikan apakah itu kehamilan atau tidak. Aku diminta datang lagi beberapa hari kemudian.
Kembali aku dilanda rasa deg-degan yang berlebihan. Sehingga akhirnya kenyataan yang sangat menyedihkan harus kuterima. Aku haid setelah tiga hari dari chek-up ke dokter. Tepatnya tanggal 5 Januari 2013 adalah hari yang sangat menyakitkan. Pupus sudah harapanku untuk hamil. Suamiku dengan sabar menghiburku untuk tak larut dalam kesedihan. Jelaslah aku sangat larut dalam kesedihan mengingat upayaku untuk hamil belum berhasil. Usiaku ketika itu tak muda lagi, tentulah aku sangat tertekan. Apalagi sudah menghabiskan waktu yang panjang. Uang pun telah dikeluarkan yang jumlahnya tak sedikit, sudah terkuras pula mengikuti program kehamilan itu.
Namun aku masih belum lelah mengikuti program kehamilan. Aku nyatakan pada suami untuk mengikuti program BT di Surabaya atau di Jakarta. Uang sudah tak ada lagi. Satu-satunya mobil Jimny tua keluaran tahun 1992 milik kami harus dilego agar bisa mengatasi masalah keuangan. Setelah dikalkulasi ternyata uang yang terkumpul tak bisa mengakomodir biaya yang mesti kami persiapkan kalau mengikuti program BT. Biaya obat-obatan, biaya rawat inap di rumah sakit, biaya transport dan akomodasi serta pemondokan selama tinggal di Surabaya atau Jakarta haruslah tersedia. Lagipula masa cuti bagi suamiku yang seorang karyawan swasta tak bisa dikeluarkan seenaknya dari tempatnya bekerja, menjadi pertimbangan selanjutnya. Apakah tetap melanjutkan program BT atau bagaimana?
Suatu malam, ketika suamiku pulang dari shalat magrib dan isya pada sebuah masjid yang berada di seberang rumah kami...
"Sayang..., sepertinya kita kesulitan bila harus memaksakan diri melanjutkan program BT tersebut. Uang kita tak cukup meng-covernya... Daripada kita mesti memaksakan diri dalam keterbatasan, lebih baik kita ikhlas saja... Kita serahkan semuanya kepada Allah SWT.. Banyak orang yang diberi amanah memiliki anak, namun bila tak bisa mendidiknya akan menjadi mudharat bagi orangtuanya itu sendiri.. Bila hingga kini kita belum menerima amanah itu, mungkin Allah punya rencana lain untuk kita...," pungkas suamiku sambil memelukku.
Entahlah, apakah memang Allah punya rencana lain kepada kami, yang jelas kini aku punya tanggung jawab untuk ikut mengasuh dua ponakanku, Aldy dan Akbar yang ditinggal papanya untuk selamanya. Penyakit kanker nasofaring telah merenggut nyawa adikku "Ferry" ketika usianya belum genap 40 tahun.
Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, pada hari-hari terakhir menjelang kepergiannya untuk selamanya, almarhum adikku menitipkan kedua anaknya padaku.
Allah memang selalu punya rencana bagi umatnya. Ketika usiaku sudah tak muda lagi, aku ikhlaskan diriku untuk berani lebih menerima kenyataan kehidupan. Tuntutan untuk hamil dan memiliki anak tak lagi menjadi beban bagi kami terutama bagi diriku yang seorang perempuan. Untuk hidup yang sehat secara lahiriah dan rohaniah, harus berani lebih ikhlas menerima kenyataan lehidupan.
Twitter : @RAsmaraningsih
Facebook: www.facebook.com/rita.asmaraningsih
Tulisan ini diikutsertakan dalam
Kompetisi Tulisan Pendek di Blog #Berani Lebih
bersama Light of Woman
bersama Light of Woman
Terharu bacanya mba..Allah selalu punya rencana terindah untuk umatnya ya :*
BalasHapusMakasih atensinya ya mba Dewi Rieka..
HapusTak hanya berani, harus dijalani. Setuju dengan mbak Dewi, Allah has beauty plan
BalasHapusMakasih Mba Rollya atensinya...
HapusWah, terharu mbak bacanya..semoga kebaikan mbak Rita terhadap dua ponakannya. Aldy dan Akbar, dibalas Tuhan . Amin..
BalasHapusMakasih mbak Eka atas atensinya...
HapusLebih menerima kenyataan kehidupan itu harus ikhlas secara lahiriah maupun rohaniah ya mba :)
BalasHapushuaaaaa mak Rita aku meneteskan air mata, betapa perjuangan mu sungguh sangat berat ya ini menyadarkan ku kembali untuk lebih memperhatikan Alfi yang kadang aku sering tinggalkan untuk keegoan ku. makasih atas sharenya, tetap semangat mak
BalasHapusMakasi Mak Evrina atas atensinya... Alhamdulillah sdh suka sama tulisanku...semoga makin sayang ya sama Alfi kecilnya... salam....
Hapustulisanya bagus mbak, salam kenal
BalasHapusmakasih...
Hapusmenitik arimata saat membaca ini. Mbak tetaplah ibu, ibu yang luar biasa, bagi dua ponakan Mbak. Pahala melimpah insha Allah mengalir selalu untuk Mbak, karena iklash dnegan kenyataan, dan iklash mengasuh anak yatim. semangat!
BalasHapusMakasih Mbak atas atensi dan kunjungannya...
HapusMakasih mbak untuk mengingatkan kami agar lbh bersyukur..salut dengan keberanian dan keikhlasannya .sangat ga mudah pastiny
BalasHapusmakasih atas atensinya ya....
Hapuskadang kita sulit juga menerima kenyataan itu mbak..salah satunya aku..aku masih sulit..tapi aku akan belajar berani lebih seperti itu...
BalasHapusHarus tetap kuat dan berani Mbak Dwi....tetap semangat ya....
HapusInsyaAllah Allah punya rencana indah di balik setiap peristiwa mak *peluuuuk
BalasHapusBe Brave ...Be Strong
Mksh support-nya Maj Ophi...#peluk...
HapusWah, sungguh cerita yang inspiratif Mbak. Memang betul, kesabaran akan berbuah surga dan Allah punya rencana terbaik untuk Mbak Rita dan keluarga. Berani menerima kenyataan bukan perkara mudah, tapi Mbak sangat kuat. Semoga Allah tengah menyiapkan anugerah lain yang lebih besar ya. Salam kenal :)
BalasHapusMksh support dan atensinya ya Mbak..
HapusTerharuuu, iklas memang gk Mudah ya mak, tp sekali kita bisa mencapai keiklasan, semua terasa indaahh
BalasHapusmakasih Mak atas atensinya ya...
HapusIkhlas memang tidak mudah. ..tapi Allah selalu memberi rencana terindah untuk kita...sukses ya mak kontesnya..
BalasHapusAmin...makasih doanya ya Mak Indah...
HapusTerharu aku baca ini mak...semangatbterus Insya Allah masa indah cepat datang. Dahulu aki begitu berobat sana sini ga ada hasil, akhirnya pasrah aja. Eh alhamdulillah bisa hamil. Serahkan semua sama yang di Atas ya mba...kebahagiaan akan selalu datang sama mbak.
BalasHapusMaaf typo mak #aku.maksudnya buka aki...hihi
Hapus